14/08/2025

OtomotifNews.com

Media Otomotif Indonesia

Home » Jatuh ke Sawah, Bangkit di Aspal: Kisah Nana Tantang Sirkuit Balap

Jatuh ke Sawah, Bangkit di Aspal: Kisah Nana Tantang Sirkuit Balap

OtomotifNews.com – Siapa sangka, perkenalan I Putu Krisna Yoga Pradnyana alias ‘Nana’ dengan dunia balap bukan dimulai dari sirkuit, bukan dari tim balap ternama, bukan pula dari impian masa kecil yang penuh rencana matang—melainkan dari sebuah kecelakaan kecil yang membuatnya tercebur ke sawah.

Kala itu, Nana hanya seorang anak kecil pada umumnya yang penasaran belajar mengendarai motor bersama temannya. Namun, seperti takdir yang tak bisa ditebak, pertemuan pertamanya dengan mesin roda dua itu, justru berakhir dengan tubuhnya terguling di pematang sawah. Tapi di situlah cerita luar biasa ini dimulai.

Cornering cantik ala I Puti Krisna Yoga Pradnyana

Insiden itu ternyata diketahui oleh omnya, Agus Dwi Karnanta, yang lebih dikenal sebagai Agus Dogler di kalangan pecinta otomotif Bali.

Bukannya marah, sang om justru menangkap potensi yang tersembunyi dalam diri keponakannya itu. Ia pun menawarkan jalan alternatif:”Kalau memang suka motor, mendingan belajar balap sekalian… biar gak ngebut di jalan raya.”

Tanpa dasar apapun, tanpa pernah sebelumnya mengendarai motor kopling, Nana menerima tantangan itu. Ia mulai belajar dengan satu-satunya motor yang tersedia: Honda GL Pro Neotech tahun 1997, motor milik kakeknya—sebuah mesin tua yang akhirnya menjadi saksi awal perjuangan keras seorang anak desa yang ingin menantang dunia balap.

Hanya butuh tiga hari. Ya, hanya tiga hari Nana belajar dasar mengendarai motor kopling. Dan setelah itu, ia langsung diajak oleh sang ayah dan om Agus untuk latihan road race.

Tempat latihannya pun bukan sirkuit profesional, melainkan parkiran Pura Puncak Mangu, di daerah Petang, Badung, Bali. Di sana, Nana menjalani latihan dengan Honda GTR 150 standar dealer, tanpa ubahan.

Baca Juga !!!  Reynaldi Fabiano Hadir Ancaman Yamaha dari Kubu Honda Memasuki Fase Serius
Bukan hanya semangat, arwah leluhur balap ada dalam dirinya

Namun justru di sana, di balik senja yang menyapu perbukitan Bali, Nana bertemu dengan takdirnya.

Ia bertemu para senior, sahabat seperjuangan, dan pembalap muda lainnya yang sudah lebih dulu terjun ke dunia balap. Dua di antaranya menjadi sahabat yang tak tergantikan hingga kini: Irvan (putra dari om Irwan) dan Adam (putra dari om Varnol).

Dari parkiran ke sirkuit, Nana terus menunjukkan konsistensi. Ia dan ayahnya rela menempuh perjalanan 2,5 jam dari rumah menuju Sirkuit Drag Landih di Bangli setiap pekan.

Setiap Sabtu, tanpa jeda, Nana berangkat untuk berlatih dan bermalam di Penglipuran, di rumah om Irwan. Hujan atau panas, macet atau tidak—Nana tak pernah absen. Konsistensi dan ketekunan adalah dua hal yang kini menjadi DNA kuat dalam hidupnya.

Delapan bulan berlalu, dan Nana mulai menapaki panggung sesungguhnya. Ia mengikuti event pertamanya di Latber Nite Race Jembrana, Bali, di kelas MP4 (Beginner).

Tanpa ekspektasi tinggi, Nana justru mencuri perhatian—finish di posisi 4.

Pencapaian terindah untuk kedua orang tua

Tak lama berselang, tantangan baru datang dari luar pulau. Untuk pertama kalinya, Nana merasakan atmosfer balap di luar Bali.

Bondowoso, Jawa Timur, menjadi ajang debutnya di luar kandang. Dan lagi-lagi, ia tak mengecewakan. Dengan segala keterbatasan, Nana berhasil naik podium, menempati posisi ke-5 di kelas yang sama.

Dalam senyum tipisnya terpancar semangat masa depan yang terus menyala

Kini, Nana terus menambah jam terbangnya. Event demi event ia lalui. Keringatnya tak sia-sia. Jalan yang ia tempuh bukan jalan pintas, tapi penuh proses, luka, dan tekad baja.

Baca Juga !!!  Ngeri! HRCT Dominasi Kelas Novice dan Beginner Motoprix Jambi Seri 3

Kisah Nana bukan sekadar cerita balap. Ini adalah kisah tentang keberanian menghadapi diri sendiri, tentang tekad seorang pemuda desa yang tak menyerah walau berawal dari nol. Tentang pentingnya keluarga yang mendukung dan hadir di garis start maupun garis akhir.

Hari ini, nama Nana mungkin belum berada di papan atas nasional. Tapi satu hal yang pasti: ia sedang menuju ke sana, perlahan, pasti, dan tak tergoyahkan.

Karena bagi Nana, balap bukan hanya tentang kecepatan, tapi tentang keyakinan. Bahwa siapapun bisa bangkit—meski awalnya jatuh ke sawah. Salut Bro!

Penulis, Dendi Rustandi

Share this: