OtomotifNews.com – Lintasan Aragon yang terkenal dengan grip rendah kembali menjadi saksi bisu betapa rapuhnya performa motor Yamaha YZR-M1 di MotoGP musim ini. Harapan Fabio Quartararo untuk tampil kompetitif pun langsung runtuh saat sesi latihan Jumat berlangsung.
Apa yang terjadi di lintasan seolah mengungkap seluruh kelemahan mendasar dari motor garapan pabrikan Jepang tersebut, terutama ketika menghadapi kondisi lintasan yang menuntut traksi maksimal.
Quartararo, yang kini makin sering terlihat frustrasi di atas motor, menghadapi kenyataan pahit ketika motornya terlihat meloncat dan kehilangan traksi nyaris di setiap tikungan saat sesi latihan bebas. Setiap akselerasi keluar tikungan tampak tidak stabil, membuat sang pembalap asal Prancis kehilangan waktu dan ritme.
Bukannya mendapatkan data positif, Quartararo justru berkutat dengan masalah yang seolah tidak ada ujungnya: grip belakang yang hilang secara tiba-tiba dan performa elektronik yang tak bisa diandalkan.
Seolah belum cukup, Yamaha juga kembali mencatatkan angka yang memprihatinkan di speed trap. Motor YZR-M1 milik Quartararo tercatat sebagai salah satu yang paling lambat, dengan selisih hampir 10 km/jam dari KTM milik Brad Binder.
Dalam dunia MotoGP, selisih seperti itu bukan hanya signifikan — tapi sangat mematikan peluang bersaing, terutama saat duel di trek lurus.
Frustrasi Quartararo terlihat jelas dari gestur tubuhnya di atas motor, bahkan sebelum sesi latihan berakhir. Ia terlihat berkali-kali melakukan gestur protes di atas lintasan — sebuah sinyal bahwa motor benar-benar tidak bisa diajak kompromi.
Begitu sesi selesai, pembalap berusia 25 tahun itu langsung meninggalkan paddock tanpa banyak bicara, memilih menenangkan diri sebelum masuk ke sesi debrief bersama tim.
Namun saat berhadapan dengan media, ia masih bisa melontarkan sedikit humor meski dengan nada getir. “Kita hampir pole position, tapi di sisi yang lain [alias paling belakang],” ujarnya sambil menyindir posisi buruknya di papan waktu.
“Aku benar-benar mengalami hari yang sangat berat, terutama dengan ban soft. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, baik dari segi elektronik maupun lainnya. Yang jelas, ini bukan hari terbaik kami, dan yang paling menyakitkan adalah kami tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi,” lanjutnya.
Masalah terbesar yang dihadapi Quartararo adalah ketidakpastian. Ketika membalap di atas motor MotoGP, pembalap harus memiliki kepercayaan penuh pada motornya, terutama saat berada dalam kemiringan ekstrem di tikungan.
Sayangnya, itu justru yang tidak dimiliki Quartararo kali ini. “Masalahnya, kita tidak pernah tahu kapan kehilangan grip itu akan terjadi. Ketika sedang miring maksimal, kamu tidak tahu apakah kamu akan kepleset di tengah atau kehilangan traksi di keluar tikungan. Aku bahkan tidak bisa menyelesaikan satu putaran bersih. Dari empat lap, semuanya kacau karena harus memotong lintasan atau melakukan kesalahan.”
Ketika ditanya soal setelan motor, juara dunia 2021 itu justru menepis dugaan bahwa masalahnya berasal dari konfigurasi sasis atau geometri motor. “Setelannya sebenarnya sudah bagus. Tapi kami harus memahami kenapa setiap kali mengganti ban, motornya berubah total dan elektroniknya jadi kacau,” ungkapnya dengan nada jengkel.
Di sisi lain, Direktur Tim Yamaha, Massimo Meregalli, tidak kalah kecewa melihat hasil yang dicapai kedua pembalapnya, Fabio Quartararo dan Alex Rins, yang masing-masing mengakhiri sesi latihan Jumat di posisi 18 dan 15. Meregalli mengonfirmasi bahwa permasalahan utama terletak pada hilangnya grip belakang, sesuatu yang sangat krusial di sirkuit Aragon.
“Masalahnya sama pada keduanya: grip belakang. Setiap kali mereka mencoba lebih agresif, mereka kehilangan bagian belakang. Ini bukan hanya soal waktu, tapi soal rasa percaya diri di atas motor,” ungkap Meregalli.
Meregalli menyadari bahwa tim harus segera menemukan solusi untuk mengurangi slide di bagian belakang jika ingin tetap kompetitif di akhir pekan. Namun, mengingat sifat lintasan Aragon yang sangat menuntut dari sisi traksi, pekerjaan rumah Yamaha tampaknya tidak akan mudah terselesaikan dalam semalam.
Bahkan dengan waktu terbatas menuju sesi kualifikasi dan balapan, Yamaha masih harus berjibaku mencari setting yang mampu meredam slide ekstrem dan menyelamatkan peluang poin di akhir pekan ini.
Situasi ini menambah panjang daftar masalah Yamaha sepanjang musim 2025. Di saat para rival seperti Ducati, KTM, dan Aprilia menunjukkan perkembangan signifikan baik dari sisi tenaga mesin maupun aerodinamika, Yamaha justru masih terjebak pada masalah-masalah klasik yang belum juga terpecahkan sejak beberapa musim terakhir.
Power delivery yang tidak optimal, respon elektronik yang tidak konsisten, serta ketidakmampuan memaksimalkan performa ban menjadi benang kusut yang belum ada ujungnya.
Para pengamat bahkan menyebut Yamaha saat ini sedang berada dalam fase stagnasi teknis.
Meski sudah melakukan beberapa perubahan dalam tim teknis dan pengembangan, hasilnya belum terlihat signifikan di lintasan. Kemenangan terasa makin jauh, bahkan podium pun tampaknya sudah menjadi pencapaian luar biasa bagi tim pabrikan Jepang itu di musim ini.
Dengan hanya beberapa seri tersisa dalam kalender MotoGP 2025, Yamaha dan Fabio Quartararo harus segera menemukan titik terang.
Jika tidak, musim ini akan menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah modern tim pabrikan tersebut. Lebih buruk lagi, kepercayaan Quartararo pada proyek ini bisa terkikis habis, apalagi kontraknya akan segera memasuki tahun terakhir.Kini, semua mata tertuju pada bagaimana Yamaha merespons hasil buruk di Aragon.
Apakah akan ada perubahan besar-besaran dalam strategi teknis mereka? Ataukah ini akan menjadi satu lagi akhir pekan yang membenamkan nama besar Yamaha di papan bawah klasemen?
Penulis, Dendi Rustandi – OtomotifNews.com
More News
MotoGP Luncurkan Sistem Kontrol Stabilitas Perdana di Grand Prix Austria 2025
Kuala Lumpur Jadi Kandidat Terkuat Tuan Rumah Launching MotoGP 2026, Buriram Terancam
IMI Tabanan Gelar Two Stroke Racing Blayer Competition Bareng Komunitas 1/2 Kopling Meriahkan HUT RI di Penatahan